ADS LEVEL PAGE Nasionalisme dan KNIL era Milenial | Zona berita
HEADER 336x280
responsive

Nasionalisme dan KNIL era Milenial

ADSENSE IN ARTICLE AD
ADSENSE 336x280 bawah judul
Redaksi – Senin, 1 Sya'ban 1439 H / 16 April 2018 08:30 WIB


Ada banyak definisi tentang nasionalisme. Sederhananya, Nasionalisme adalah paham yang segala sesuatu dilakukan demi kemashlahatan bangsa sendiri, menomorsatukan kepentingan bangsa sendiri, ketimbang mementingkan atau menomorsatukan kepentingan bangsa-bangsa lain. Deutsch Ubber Alles! Demikian teriak Adolf Hitler. Bangsa Jerman di Atas Segala-Galanya!

Demikian pula dengan istilah Nasionalisme Indonesia, atau Nasionalisme di negeri bernama Indonesia, maka haruslah segala-galanya, semua usaha dan ikhtiar, dilakukan demi kepentingan anak bangsa dari Sabang sampai Merauke. Indonesia adalah nama yang disepakati kita untuk sebuah negeri yang wilayahnya membentang dari Sabang hingga Merauke, yang terdiri dari ribuan suku bangsa di mana masing-masing memiliki daerah asal atau kampung halamannya. Suku Aceh maka kampung halamannya ada di Aceh. Suku Batak maka wilayahnya ada di Sumatera Utara. Suku Minang maka berasal dari Sumatera Barat. Suku Melayu dari Riau dan sekitarnya. Suku Sunda dari Tatar Parahyangan. Suku Jawa dari Jawa. Suku Bugis dari Sulawesi Selatan. Suku Dayak asalnya dari Kalimantan. Dan ribuan suku-suku lain yang daerah asalnya memang berasal dari Bumi Pertiwi. Inilah yang harus dinomorsatukan dalam segala ikhtiar yang mengatas-namakan Nasionalisme.

Adalah logika sesat, gagal berpikir, dan menghina akal sehat, jika ada sekelompok orang yang mengklaim dirinya sebagai Nasionalis Sejati, namun semua tindak-tanduknya malah menguntungkan orang-orang asing dan merugikan kaum Bumiputera. Ketika para petani Bumiputera tengah berharap kesusahan hidupnya bisa hilang sementara menjelang panen, namun di saat itu ada yang mengimpor beras dari luar, maka itu berarti membunuh kaum pribumi dan menguntungkan pihak asing. Ini jelas tidak nasionalis.

Ketika jutaan bumiputera masih menganggur, belum mendapatkan pekerjaan, namun disaat bersamaan tenaga kerja asing dipermudah masuk ke Indonesia dan bekerja di tanah ini, itu sama sekali bukan nasionalis. Meminjam istilah Bung Karno, itu merupakan pekerjaannya Komprador Asing.


Bagai bumi dan langit. Demikian juga dengan Nasionalisme dan Anasionalisme. Yang satu menomorsatukan bumiputera, yang lainnya menomorsatukan orang asing. Komprador Asing adalah antek-antek pelayan kepentingan asing, yang bekerja siang dan malam untuk membantu pihak asing dalam merampok dan memperkosa semua kekayaan alam Bumi Pertiwi. Sejarahwan Bathara Hutagalung menyebutnya: Mereka yang tidak punya jiwa nasionalis.

Belanda bisa menjajah negeri ini selama ratusan tahun bukan karena mereka kuat. Tapi karena mereka ini dibantu oleh antek-antek asing. Sebut saja para tentara KNIL yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, kaum bumiputera, yang malah bekerja demi kepentingan penjajah dan memerangi kaum pejuang kemerdekaan, yang notabene adalah saudara-saudara mereka sendiri. Dan sekarang, “KNIL-KNIL” ini tidak hilang, namun hanya berganti jubah, dan tetap bekerja demi kepentingan asing dalam mengorbankan kaum bumiputera, saudara-saudaranya sendiri. “KNIL-KNIL era Milenial” itu sekarang telah berdasi, berjas, dan dengan mulutnya yang penuh dengan retorika yang isi seluruhnya tipuan dan kebohongan kepada rakyat, terus bekerja melayani kepentingan asing tanpa rasa malu sedikit pun. Nurani mereka telah mati, mungkin kebanyaka makan uang haram.

Ketika orang-orang pribumi yang sadar hendak menegakkan keadilan, maka mereka serta merta menuding kaum bumiputera sebagai rasis. Padahal, yang rasis adalah mereka sendiri.
Untuk menolong Bumi Pertiwi dari kehancuran, tidak ada jalan lain, kaum Bumiputera harus bersatu dan melawan komprador asing ini! Bumi Pertiwi adalah amanah Allah Swt kepada kaum Bumiputera, kaum yang terdiri dari ribuan suku yang tanahnya membentang dari Sabang sampai Merauke. Bagaimana dengan yang berasal dari luar Nusantara? Ya, mereka di sini sebagai tamu dan harus sadar diri. Janganlah sampai tamu malah bertingkah sebagai tuan rumah, dan menjadikan tuan rumah sebagai budak-budaknya. Jika ini terjadi dan terus berlangsung, jangan salahkan tuan rumah jika sampai terjadi sesuatu yang sama-sama tidak diinginkan.

sumber  :eramuslim
ADSENSE 336x280 bawah artikel

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nasionalisme dan KNIL era Milenial "

Posting Komentar

FLOATING ADS